Pura Pengastan di Belayu, Tempat Memohon Keturunan
Mandala utama Pura Pengastan di Belayu, Tahun 2013. |
Keberadaan pura ini memiliki fungsi yang strategis bagi masyarakat Belayu
BALIUNIK, BELAYU - Keunikan pura ini terletak pada bangunan
palinggihnya.
Pura Pengastan merupakan salah satu pura dengan
bangunan palinggih bercorak kuno masih bisa ditemui di Desa Peken Belayu,
Marga, Tabanan.
Pura yang diberi nama Pura Pengastan ini
sejak penemuannya belum pernah direhab saat informasi ini dikumpulkan pada 2013 silam.
Kecuali panyengker pura sudah pernah direhab.
Kecuali panyengker pura sudah pernah direhab.
Suasana pura dengan lokasinya yang jauh dari
keramaian sungguh memancarkan vibrasi kesucian.
Tidak salah jika banyak orang dari berbagai
daerah datang untuk menemukan kedamaian di tempat suci ini, kedatangannya
dengan berbagai tujuan khususnya memohon keselamatan.
Ida Pedanda Gede Putra Ketut Gelgel asal
Griya Kelodan, Belayu mengungkapkan pura dengan pujawalinya setiap Sukra Pon,
Kulantir ini kaamong oleh griya, puri
dan bendesa.
Namun banyak orang dari luar Belayu sering
datang menghaturkan bakti atau melakukan panglukatan, tidak hanya saat pujawali
tetapi hari-hari rerahinan lainnya.
Palinggih utama yang ada di pura Pengastan
adalah Padma Agung dan Gandamayu.
Pura ini kerap dikunjungi oleh orang-orang
dari luar daerah Belayu.
Konon, mereka yang tangkil mendapat pawisik dari
mimpi maupun petunjuk niskala sehingga menghaturkan bhakti di pura ini.
Pura yang ditemukan pada Tahun 1800 silam menyisakan
berbagai kisah misteri tentang tengetnya kawasan pura.
“Orang luar banyak tangkil memohon
kesejahteraan ring palinggih Manik Galih. Ada juga yang menderita sakit memohon
kesembuhan serta melukat di Beji Taman Sari yang tak lain adalah Beji Pura
Pengastan. Ada juga yang memohon keturunan maupun pekerjaan serta permohonan
lainnya. Sebagian ada yang mengatakan kedatangannya berdasarkan petunjuk
niskala sehingga tiba di pura ini dan merasakan inilah tempat yang mereka
cari,” papar Ida Pedanda mantan anggota dewan ini.
Keberadaan pura ini memiliki fungsi yang
strategis bagi masyarakat Belayu.
Ketika ada masyarakat griya yang madiksa
pasti meyasa selama sebelas (11) hari di pura ini.
Pengalaman ini juga dirasakan oleh Ida
Pedanda Putra Ketut Gelgel ketika mengawali pemargi menjadi seorang sulinggih.
Di sinilah niat menjadi sulinggih benar-benar
teruji.
Layaknya dikarantina, suasana pura
benar-benar memberi atmosfir kedamaian untuk mengisi diri dalam menapaki jejak kesulinggihan.
Berbagai kejadian gaib kerap datang seolah
menguji keimanan namun benar-benar memberikan pelajaran yang sangat berarti,
tidak bisa ditemukan hanya dari buku.
“Selama meyasa, tiang sering mendengar wahyu
yang diiringi suara genta. Kebanyakan weda-weda diperoleh selama meyasa di pura
ini. Berbagai suara-suara aneh juga
sering terdengar, seperti suara kereta yang melintas di sebelah timur pura,”
kenang Ida Pedanda Putra Ketut Gelgel. (baliunik)
0 Response to "Pura Pengastan di Belayu, Tempat Memohon Keturunan"
Post a Comment