Mengungkap segala sesuatu yang ada di Bali, sekala dan niskala, serta kilas balik peristiwa

Nasi Wong-wongan dan Nyejer Daksina Hingga Si Corona Enyah

nasi wong-wongan terkait corona
Nasi wong-wongan dan pejati yang dihaturkan di masing-masing sanggah.merajan, nunas ica agar wabah corona cepat berakhir.

BALI-UNIK.COM - Beberapa hari belakangan, sejak ada kabar kulkul di Puri Agung Klungkung bersuara tanpa ada yang menepak bertepatan Pangerupukan, Selasa (24/3/2020), umat Hindu di Bali sebagian ada yang mengikuti informasi yang beredar di media sosial untuk membuat segehan dan rayunan putih kuning.
Sebagian memilih untuk menunggu aba-aba dari pihak yang dipercaya.
Berlanjut dengan berbagai surat edaran yang sambung menyambung datang untuk membuat sesajen (upakara).
Dari kelihan adat juga memberikan edaran untuk menghaturkan segehan wong-wongan berwarna putih pada Minggu (29/3/2020).

Isi pengumumannya kurang lebih seperti ini:
Imbauan dari Puri Klungkung
Mawinan kulkul ring Puri Klungkung terus masuara dari jam 6 sore lan wawu malam malih masuara, asapunika nunas pingbanget mekarya Nasi wong-wongan.
Matatakan ngiyu ma be kakul matunu uyah areng.
Mebanten sandi kala rahina mangkin.
Pengayat parencang Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling Dalem Ped, Nusa Penida.
Nunas sweca mangda rahayu sareng sami.

Surat edaran selanjutnya datang dari Dinas Pemajuan Masyarakat Adat Provinsi Bali, Selasa (31/3/2020) terkait upacara nunas ica.
Dalam upaya pencegahan covid-19 (corona) berbasis desa adat di Bali dan berdasarkan hasil pertemuan dengan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali, dimohon untuk membuat upacara nunas ica kerahayuan, serentak di desa adat.
Upacara dilaksanakan Selasa (31/3/2020) mulai Pukul: 18.00 Wita dengan menghaturkan pejati dan nyejer sampai wabah covid-19 berakhir dan ada pemberitahuan lebih lanjut.

Nunas ica bersama pemangku di Pura Kahyangan Tiga Desa Adat dengan nyejer daksina sampai wabah virus corona berakhir. Khusus upacara di Tri Kahyangan, pada tanggal 2 April sampai 7 April, menghaturkan Banten Pejati dilengkapi dengan bungkak gadang atau bungkak gading yang dilaksanakan setiap hari.

Di setiap merajan/sanggah keluarga dihaturkan banten pejati dilengkapi bungkak gadang atau gading.
Di lebuh pekarangan dihaturkan nasi wong-wongan, ulam bawang jahe dan uyah (garam), beralas muncuk don biu (ujung daun pisang) dengan ketentuan:

  1. kepala berwarna putih
  2. tangan kanan berwarna merah
  3. tangan kiri berwarna kuning
  4. badan manca warna
  5. dan kaki berwarna hitam.
Selanjutnya seluruh keluarga melakukan persembahyangan bersama di sanggah/merajan masing-masing. Air bungkak dipercikkan dan diminum bersama.

Terhitung dari imbauan tersebut, minimal sudah tiga kali setiap keluarga yang mengikuti imbauan melaksanakan upacara. Bahkan ada yang sampai empat kali karena dirasa ada yang belum lengkap saat pertama kali melakukan persembahan.

Yadnya didasarkan rasa tulus ikhlas. Ini yang membuat umat Hindu tidak pernah mengeluh dalam beryadnya, meski dalam kondisi yang sulit, diupayakan tetap meyadnya sesidan-sidan.

Dari beberapa orang yang saya tanyakan terkait edaran tersebut, yang taat mengatakan memilih untuk mengikuti toh tidak ada ruginya, yang penting dasarnya tulus ikhlas.

Namun ada juga yang merasa kelabakan karena upacara dilaksanakan berturut-turut, di situasi yang sulit dan ada imbauan social distance, menyebabkan ibu-ibu malah berdesak-desakan di pasar untuk mencari bahan upakara.

Ini juga menyebabkan sejumlah bahan harganya menjadi melambung. Seperti bungkak nyuh gading dan nyuh gadang, selain langka harganya jadi mahal bisa 4 kali lipat dari harga normal.
Bagi mereka yang tinggal di kampung, kesulitan tersebut diatasi dengan meminta di tetangga, satu bungkak dibagi airnya.

Memang kembali lagi pada keyakinan dan keikhlasan. Sesungguhnya yang penulis tangkap dari upakara ini selain untuk mengharmoniskan alam sekala dan niskala, juga untuk kesehatan.
Dengan imbauan semua keluarga bersembahyang bersama di waktu yang sama di seluruh Bali maka kekuatan energi doa yang terhimpun semakin kuat. Astungkara Beliau memberkati dan memberi jalan yang mudah melalui masa pandemi covid-19 ini. Cepat berlalu dan enyah.

Selain itu, setelah sembahyang, seluruh anggota keluarga  meminum air bungkak tersebut. Menurut penulis, ini juga bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Apalagi di situasi yang sulit ini. Banyak yang putus pekerjaan membuat pikiran dan emosi kurang stabil, maka dengan yeh klungah bisa meredam hal tersebut.

Ambil positifnya saja.
Lakukan dengan tulus ikhlas, atau tidak sama sekali. ***




0 Response to "Nasi Wong-wongan dan Nyejer Daksina Hingga Si Corona Enyah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel