Suara Kulkul Puri Agung Klungkung, Soda Putih Kuning, Segehan Wong-wongan
Segehan wong-wongan dan segehan kepelan berisi pandan berduri dihaturkan di lebuh terkait informasi yang beredar tentang suara kulkul di Puri Agung Klungkung, Bali |
BALI-UNIK.COM - Nyepi Tahun 2020 di Banjar Umabian, Desa Peken Belayu, Marga,
Tabanan, Bali.
Ini adalah Nyepi pertama di rumah bajang setelah saya
menikah Tahun 2012 silam.
Nyepi kali ini menjadi berbeda, selain karena tempatnya
bukan di rumah suami, juga karena wabah virus corona yang menjangkiti Bali,
Indonesia, bahkan dunia.
Perbincangan di antara kami sekeluarga, kalau bukan tentang
Gunggus (anak laki-laki saya), tidak kalah banyak tentang virus corona.
Corona oh corona… Namanya begitu popular hingga dadong (nenek)
yang tidak pernah mengakses media sosial sangat fasih menyebut corona.
Suatu senja saat Nyepi, bahkan burung-burung dan binatang
sawah yang biasanya ramai bersahutan seakan menyepi.
Dari balik pagar rumah terdengar orang memanggil.
“Tugus Aji, tiang nunas pandan nggih,” ucap suara tersebut.
Tanpa melihat siapa yang bicara, dari dalam kamar ajik
menjawab, “nggih durusang.”
Tidak berselang lama, lagi-lagi ada suara orang memanggil, “Tuaji
tiang nunas pandan medui nggih.”
Karena penasaran, tidak biasanya saat Nyepi ada orang yang
minta pandan medui, ajik pun keluar menenggok.
“Wenten napi mbok ngerereh don pandan?,” tanya ajik.
“Niki tu, kocap mekarya penangkal corona,” ungkap wanita yang
terlihat sangat sepuh tersebut.
Wanita berpakaian kebaya cokelat dengan kain batik dan
selendang itu tanpak memotong tiga helai daun pandan di luar rumah.
“Suksma tuaji, tiang pamit jagi mekarya segehan,” ucapnya
seraya berlalu.
Hari makin senja, lagi-lagi ada orang memanggil-manggil.
Kali ini terdengar lebih kencang, maklum karena tidak ada lagi
yang duduk di bale sehingga suaranya dikencangkan agar terdengar sampai di
dalam rumah.
“Swastyastu dayu biyang, tiang nunas pandang medui nggih,” ucapnya.
“Nggih,” sahut ajik sambil menuju ke depan rumah.
“Tu, ten mekarya segehan corona?,” tanya wanita tua yang datang
bersama wanita muda itu.
“Nggih, wawu rame nak nikin mekarya rayunan putih kuning
sareng segehan wong-wongan medaging pandan,” ucap ajik.
Saat Pangerupukan memang ramai di media social, postingan
dan rekaman suara yang mengatakan pajenengan kulkul Puri Agung Klungkung sekitar
Pukul 20.20 Wita bersuara sendiri tanpa ada yang memukul.
Diminta agar semua warga Bali menghaturkan rayunan putih
kuning, memasang seselat daun pandan berduri berisi bawang putih, bawang merah,
dan cabai ditusuk diikat jadi satu dengan benang tridatu di jaba. Serta tapak
dara di jaba rumah.
Selain itu juga dihaturkan segehan wong-wongan dan segehan
kepel di jaba rumah.
Saat menghaturkan rayunan dan segehan, yang diucapkan secara
pepolosan “gering gerubug mekaon, gering gerubug mekaon, gering gerubug mekaon”.
Konon, kulkul Puri Agung Klungkung akan berbunyi hanya
ketika ada bahaya.
Sebagai peringatan adanya bahaya atau gering.
Orang Bali memang meyakini adanya alam niskala dan terbiasa
dengan sesuatu yang tidak tampak nyata.
Sebagai wujud bhakti biasanya akan cepat menerima informasi
tersebut, dan untuk amannya seringkali mengikuti informasi yang beredar.
Padahal, imbauan yang resmi biasanya datang dari PHDI (Parisadha
Hindu Dharma Indonesia).
Namun, kembali lagi pada kleteg bayu ketika mendapat
informasi tersebut.
Bisa dilakukan selama tidak menimbulkan kerugian bagi diri
sendiri maupun orang lain.
Sebab tidak diketahui secara pasti apakah informasi yang
beredar tersebut benar adanya, karena tidak semua orang mendengarkan suara
kulkul tersebut, meski yang tinggal di Klungkung.
Kembali lagi, ini lebih pada kleteg bayu.
Menurut saya pribadi, sesuatu yang dilakukan dengan penuh
keyakinan maka akan mendatangkan hasil sesuai keyakinan.
Jika tidak ada keyakinan dalam diri, maka sebaiknya tidak
dikerjakan, karena dikerjakan pun tidak akan ada hasilnya. Namun, tetap lebih
baik mencari informasi yang vakid terlebih dahulu dibandingkan milu-milu
tuwung. ***
0 Response to "Suara Kulkul Puri Agung Klungkung, Soda Putih Kuning, Segehan Wong-wongan"
Post a Comment