Mengungkap segala sesuatu yang ada di Bali, sekala dan niskala, serta kilas balik peristiwa

Upakara atau Banten Jalan Penebusan Dosa

mebanten canang
Mebanten canang.

BALI-UNIK.COM - Umat Hindu tidak pernah lepas dengan upakara (banten).
Upakara menurut penjelasan Ida Bagus Sudarsana, merupakan simbol Sang Hyang Widhi, sehingga banten bisa disebut widhi wedani.
Upakara adalah mantra yang disebut yantra.
Sehingga seringkali umat Hindu pepolosan, menghaturkan banten bisa tanpa mantra, hanya menggunakan bahasa ibu.
Banten yang dihasilkan dari tapak tangan sendiri dan dihaturkan untuk tempat suci (sanggah/merajan) sendiri akan diterima dan sebagai jalan penebusan dosa.
Untuk itu, semua orang harus menjadi pemangku untuk merajannya sendiri, disebut Pemangku Nilarta.
Disebutkan, upakara adalah sarana penyupatan.
Tanpa banten, kita tidak bisa nyupat diri sendiri maupun makhluk lain.
Upakara sebagai sarana penebusan dosa.
Weda mengungkapkan, jika tidak menyadari Beliau ada dalam diri, maka tidak akan melebur dosa.
Caranya adalah dengan melaksanakan upacara otonan.
Dalam Weda, tidak ada disebutkan pejati, pengambean, dan upakara lainnya.
Hanya ada disebutkan air, bunga, dan api.
Tetapi oleh Maharesi dirangkai sehingga ada canang.
Canang berasal dari kata Can Bahasa Sansekerta yang berarti cemerlang.
Sehingga canang artinya cahaya/indah.
Canang dijelaskan dalam Lontar Tutur Sang Hyang Kusuma Sari.
Canang simbol Sang Hyang Widhi (Ongkara).

Bentuk tetuasan:
1. Bundar: simbol windhu (matahari) seperti tamas, sesayut
2. Segi empat: simbol ardha candra (bulan), seperti ceper.
3. Segi tiga: simbol nada (Ongkara), bintang
4. Tedong: simbol isi alam

Ukuran canang, sikutnya satu jari + ngandang (telunjuk).
Sambungan ketika menjarit canang di kiri supaya tidak tulah.
Isi canang: pisang satu iris, jaja gina dan jaja uli, tebu satu iris.
 ***

0 Response to "Upakara atau Banten Jalan Penebusan Dosa"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel