Upacara Ngilehang Lesung pada Tiga Bulanan Bayi, Perhiasan di Dalam Pane
Upacara ngilehang lesung pada upacara tiga bulanan. Bayi dibawa mengelilingi tetamanan yang berisi perhiasan. |
BALI-UNIK.COM - Upacara ini sering disebut ngilehang lesung (mengelilingi lumpang).
Upacara ini bagian dari upacara tiga bulanan.
Upacara ini bagian dari upacara tiga bulanan.
Peralatan yang diperlukan adalah sebuah lumpang batu
disusuni sebuah pane atau Waskom
berisi air serta potongan-potongan janur atau logam berbentuk udang, yuyu
(kepiting), nyalian, dan belut.
Di tengah-tengahnya diletakkan sebuah jejahitan yang disebut
taman dan sebuah periuk tanah yang berisi air, bunga yang harum 11 jenis,
perhiasan berupa gelang, kalung, giwang dan yang lainnya sesuai dengan
kemampuan orang tua.
Sesajen yang menyertai adalah pengulapan, dan ayaban tumpeng
pitu (7) beserta runtutannya.
Pada waktu si bayi mengelilingi tempat ini maka orang yang
menggendongnya memakai tongkat bungbungan
yaitu sepotong bambu yang
dihilangkan ruasnya, dan diikuti oleh orang yang membawa sebuah bakul berisi
batu (simbul ari-ari), belego/timun simbul (lamas), jantung pisang (darah) dan sebutir telur ayam simbul (yeh nyom), masing-masing diberi
secarik kain seperti pada banten pecolongan.
Makna :
· Lesung atau Lumpang batu dilihat dari bentuknya
yang bundar sebagai simbul windhu suniya atau
suniya amertha. Sedangkan kata batu
atau watu yang diartikan lahir.
· Makna keseluruhan darilumpang batu, air dan
perhiasan yang ada di dalamnya adalah manusia lahir berasal dari air, yang
mengandung unsur Panca Maha Bhuta (pane sebagai wadahnya)
· Unsur jiwatma (cincin emas simbul jiwa dan
permata mirah simbul atma), semua unsur tersebut adalah dating dari alam sunya.
· Melalui upakara tetamanan tersebut memohon ke
hadapan Sang Hyang Widhi agar dianugerahkan kesucian, keteguhan iman serta
kedirgayusan agar nantinya mendapatkan kesempatan berkarma yang baik, karena
manusia lahir dari Hyang Maha Suci dan selama hidup di dunia agar selalu
meningkatkan kesucian.
· Tongkat bungbungan yang dibawa saat mengelilingi
tetamanan berupa bamboo kuning yang memiliki tiga ruas dan diisi uang kepeng
250 kepeng. Pada ujung atasnya diisi bunyi-bunyian (gongseng). Bambu gadingnya
mengandung makna spiritual.
· Uang kepeng 250 kepeng, jika angka-angka itu
dijumlahkan 2+5+0 menjadi 7 sebagai simbul sapta sunya.
· Gongsengnya adalah simbul dasendriya.
· Yang memegang tongkat saat upacara tersebut
adalah ayah si bayi, bukan orang lain. Artinya, orangtuanyalah yang memberikan
tuntunan dan tauladan kepada anaknya.
Agar
setelah dewa berpegang pada kebenaran (bambunya), serta mampu mengendalikan
dasendriya, sehingga tercapai keseimbangan antara kebutuhan jasmaninya (gongseng),
dengan kebutuhan rohaninya (angka 7 sebagai simbul sapta sunya).
Dalam
Bhagawadgita disebutkan: “Dengan upacara membakar bau-bauan harum pada waktu
hamil sang ibu, dengan upacara jatakarama (upacara bayi baru lahir), upacara
cauda (upacara gunting rambut pertama), dan upacara Maunji Bandhana (upacara
memberikan kalung, gelang) maka kekotoran yang didapat dari orang tua akan
hilang dari Tri Mala”.
Pelaksanaan
upacara pada tetamanan:
Bayi
yang akan diupacarai digendong sanak saudara mengelilingi tetamanan.
Ayahnya
memegang tongkat bungbung, si ibu memegang simbul catur sanak.
Semua
yang telah siap membawa sesajen berbaris dan mengililingi tetamanan tersebut
searah jarum jam (memutar ke kanan) sebanyak tiga kali.
Setelah
itu, bayi diarahkan untuk menggapai semua perhiasan yang ada di pane (magogo-gogoan).
Bayi
dimandikan di pane tersebut, kemudian dipakaian pakaian pengganti yang bersih.
Dilanjutkan
dengan upacara persembahyangan dan mapetik (pengguntingan rambut si bayi). ***
0 Response to "Upacara Ngilehang Lesung pada Tiga Bulanan Bayi, Perhiasan di Dalam Pane"
Post a Comment