Mengungkap segala sesuatu yang ada di Bali, sekala dan niskala, serta kilas balik peristiwa

Bebai Erat Kaitannya dengan Mangku Dalem, Begini Bebai Dibuat

Ritual balian
Ilustrasi ritual. Gambar:Manfred Antranias Zimmer from Pixabay

BALI-UNIK.COM - Bebai, sering kali menjadi perbincangan ketika seseorang sakit tak sembuh-sembuh meski sudah berobat ke dokter.
Baru diketahui kena bebai ketika datang ke balian.
Apalagi tidak mengetahui prilaku orang yang terkena bebai seolah penyakit medis biasa, tidak mendapat pengobatan yang sesuai, akibatnya fatal.
Bebai oleh balian atau orang yang membuatnya bisa diperintah untuk menyakiti orang yang dikendaki termasuk penyakitnya beraneka ragam sesuai dengan sasaran yang dituju.
Krama Bali terbiasa mendengar sakit kena bebai, namun belum tahu sesungguhnya apa bebai tersebut. Bagaimana membuat bebai?
Menurut penuturan Mangku Made Arnawa, bebai biasanya dibuat oleh seseorang yang menjadi mangku dalem.
Namun tidak menutup kemungkinan bebai juga dibuat oleh orang yang bukan mangku dalem.
Tentunya hasil dari bebai buatan mangku dalem dan orang biasa berbeda. Bebai buatan mangku dalem lebih mranen.
Ini bukan tuduhan, namun gambaran secara umum.
Karena proses pembuatan bebai erat kaitannya dengan Pura Dalem.
“Bebai biasanya dibuat oleh mangku dalem karena dalam prosesnya bebai tersebut ditanam di pura dalem. Jika bukan mangku dalem tentu sulit bisa masuk ke pura apalagi sampai menanam srana bebai tersebut di areal pura,” ungkap Mangku Made Arnawa, Perguruan Padma Siwa Bhuana.
Srana yang digunakan membuat bebai adalah getih wong kruron (darah orang keguguran).
Melihat dari sarana yang digunakan, ini juga tidak jauh dari keterkaitan dukun melahirkan yang dengan mudah mendapatkan darah orang keguguran melihat kesehariannya menangani orang yang melahirkan.
Lebih lanjut diungkapkannya, setelah mendapatkan darah wong kruron, ditaruh pada tempat aman kemudian dibuatkan upacara/banten mapagedongan layaknya upacara bayi dalam kandungan.
Di sinilah nunas panugrahan dari Ida Betari Durga, kemudian darah itu ditanam di Pura Dalem selama 42 hari.
Doanya sangat pingit, untuk menutup kemungkinan bagi orang yang ingin menggunakan pengetahuan ini untuk berbuat jahat maka tidak disertakan.
Setelah 42 hari (a bulan pitung dina), darah diambil dan dibuatkan banten dapetan.
Kemudian selesai upacara, darah ini  dibawa ke setra dan ditanam selama 11 hari, dimohonkan kepada bhuta yang ada di kuburan.
Tentu dengan doa khusus.
Setelah waktunya 11 hari, darah kembali diangkat dari setra, dibuatkan banten kadi mapapasaran, dan kembali ditanam di dalam pasar selama 7 hari. Ini juga menggunakan doa khusus.
Begitu 7 hari ditanam dalam pasar, darah diupacarai dengan banten kepus pungsed, kemudian ditanam kembali di perempatan jalan selama 3 hari.
Doanya sangat pingit tidak disertakan di sini. Begitu selanjutnya darah diambil dan dibuatkan upacara pacolongan, kemudian lagi ditanam di dapur selama 2 hari.
Setelah 2 hari, dibuatkan upacara atau banten patelu bulanan dan ditanam 1 hari di hadapan kemulan.
Terakhir barulah dibuatkan banten otonan, otonin kadi ngotonin wong, adudus, aprayascita, dan setelah selesai lakukan andewaseraya, wehakena kawisesan (kekuatan).
Ini berarti bebai telah maurip, barulah bisa diperintah sesuai dengan kehendak, terutama untuk membuat orang menjadi sakit.
Bisa juga diperintah untuk hala lain, yang aneh-aneh tidak masuk akal sehat (logika) seperti mengangkat barang seperti terbang, menarik barang berat, dan lain sebagainya.
Salah satu contoh bebai yaitu I Mas Rejek Gumi. ***

0 Response to "Bebai Erat Kaitannya dengan Mangku Dalem, Begini Bebai Dibuat"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel